TEMPO.CO, Jakarta - Kasus kebocoran data pribadi terus terjadi. Salah satunya yang dialami Tina Aqila, 26 tahun. Beberapa hari lalu, ia terkejut saat mengetahui Nomor Induk Kependudukan (NIK) miliknya terdaftar sebagai anggota salah satu partai politik. Ia mengeceknya di laman resmi Info Pemilu milik Komisi Pemilihan Umum (KPU)
"Awalnya lihat di Twitter banyak yang mengeluh NIK-nya terdaftar jadi anggota parpol. Akhirnya aku cek, ternyata NIK aku kena juga," ujarnya saat dihubungi Tempo pada Rabu, 14 September 2022.
Tina berujar kejadian peretasan data oleh Bjorka justru membuatnya sadar bahwa keamanan data di negeri ini masih sangat rentan. Namun dirinya pun bingung harus berbuat apa setelah melihat kebocoran data yang terus menerus terjadi. Ia pun tidak tahu harus melapor pada siapa ketika mengetahui datanya dicuri dan disalahgunakan.
Menurutnya, keamanan data tak bisa hanya menjadi tanggung jawab masing-masing individu. Tentu, kata dia, keamanan data bisa dicapai jika pemerintah memiliki sistem perlindungan yang baik, agar masyarakatnya terhindar dari serangan siber.
Sejumlah kebocoran data terjadi dan diungkap oleh akun Bjorka di forum breached.to. Pertama, ia mengungkapkan terjadinya peretasan data hasil registrasi ulang SIM Card. Bjorka mengklaim memiliki 1.304.401.300 data registrasi kartu SIM atau sebanyak 87 GB yang berisi NIK, nomor telepon, operator seluler yang digunakan dan tanggal penggunaan.
Data tersebut juga diduga telah diperjualbelikan di salah satu situs hacker. Ia mengaku telah membagikan 2 juta data sampel yang telah dikumpulkan dari 2017 hingga 2020. Sejumlah nama operator telekomunikasi pun terungkap dalam data yang ditampilkan Bjorka, yaitu Telkomsel, Indosat, Tri, XL, dan Smartfren.
Kemudian Bjorka terus melakukan peretasan terhadap data milik negara hingga data sejumlah pejabat pemerintahan. Bjorka mengaku telah membocorkan ribuan dokumen surat menyurat dari Badan Intelijen Negara (BIN) yang ditujukan pada Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Data yang dihumpun adalah dokumen pada periode 2019-2021. "Termasuk kumpulan surat yang dikirim oleh Badan Intelijen Negara yang diberi label rahasia," tulis akun Bjorka dalam situs tersebut.
Selanjutnya Bjorka juga mempublikasikan data pribadi Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Johnny G. Plate. Ia mengklaim telah mengantongi 679.180 dokumen berukuran 40 MB dalam kondisi terkompres dan 189 MB belum dikompres. Beberapa contoh dokumen yang dibocorkan juga ikut dipublikasikan oleh Bjorka dalam situs breached.to. Peretasan dan penyebaran data itu dilakukan tepat saat Johnny Plate berulang tahun ke-66 pada Sabtu, 10 September 2022. "Happy birthday" tulisnya.
Masih berlanjut, Bjorka mempublikasikan data pribadi hasil peretasannya milik sejumlah pejabat publik, di antaranya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud Md, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Bjorka pun sempat mempublikasikan data KPI, hingga profil tokoh di balik kasus-kasus dalam negeri, seperti pembunuhan Munir. Dia juga sempat menyatakan akan meretas data pribadi dalam aplikasi MyPertamina. Langkahnya menjadi perbincangan hingga memancing diskusi serius mengenai keamanan data siber di Republik ini. Pemerintah bahkan membuat satuan tugas atau satgas tersendiri untuk mengungkap dalang dari kebocoran data oleh Bjorka itu.